Memanen dan Memanfaatkan Air Hujan
Sudah nampak berbagai tanda-tanda adanya krisis air diberbagai negara didunia saat ini. Konsep memanen air hujan (rain water harvesting) dapat dilakukan untuk mengatasi adanya krisis air ini. Istilah memanen air hujan sebenarnya berasal dari bidang pertanian yang berupaya untuk memenuhi kebutuhan air untuk pertanian.
Saat
ini, upaya memanen air hujan menjadi bagian penting dalam agenda
“global environmental water resources management“ dalam penanggulangan
ketimpangan air pada musim hujan dan kemarau, kekurangan pasokan air
bersih penduduk dunia, serta penanggulangan banjir dan kekeringan.
Dinegara
maju saat ini ada kecenderungan ‘trend’ membuat kolam tandon skala
rumah tangga. Tandon skala rumah tangga ini digunakan untuk keperluan
mengepel, mencuci mobil, menyiram tanaman, air untuk toilet. Ada juga
yang dilengkapi alat pengolah air minum, sehingga seluruh air hujan bisa
dimanfaatkan untuk kebutuhan air minum.
Sebagai
contoh penerapan memanen air hujan yaitu kebutuhan air dibandara
Frankfurt Jerman. Kebutuhan air bandara di pasok melalui air hujan yang
dikumpulkan dari atap bandara tersebut. Ada beberapa metode memanen air
hujan yang dapat dikembangkan di Indonesia sebagai negara tropis, baik
memanen air hujan yang langsung bisa dimanfaatkan untuk pemenuhan
kebutuhan air bersih rumah tangga maupun memenen air hujan untuk mengisi
air tanah.
manen air hujan yaitu suatu upaya mengelola (mengumpulkan dan penyimpanan) air hujan untuk memenuhi kebutuhan air bersih periode
masa sekarang dan masa mendatang, untuk kebutuhan rumah tangga,
pertanian serta pengisian air tanah . Air tanah harus diisi dengan
proses pengisian alami, namun seiring dengan penggunaan yang berlebihan,
saat ini tinggi air tanah terlihat menurun lebih dari 4 meter di
sejumlah negara dikarenakan adanya peningkatan yang tetap dalam
penggunaan air tanah untuk irigasi. Masalah ini menjadi semakin parah ketika
kita lihat adanya peningkatan populasi penduduk dan urbanisasi,
diprediksi bahwa sumber air tanah akan digunakan semua pada 2025. Saat
ini dapat dilihat disekitar kita sumur-sumur mengering dimusim kemarau,
kualitas air tanah menurun, air laut mulai menyusup ke dalam wilayah
pantai, seiring dengan turunnya air tanah. Dari catatan data curah hujan
didapatkan pola hujan diberbagai wilayah nusantara ini terus berganti
pada hujan yang berjangka waktu pendek dan berintensitas tinggi sehingga
menimbulkan banjir dimana-mana.
Pada
pengembangannya, metode memanen air hujan juga bisa diperuntukkan
mengatasi banjir, mengatasi kekeringan, memperbaiki lingkungan,
memperbaiki produksi pertanian, memperbaiki kualitas dan kuantitas air
tanah. Oleh karena itu sebuah upaya memanen air hujan harus dianggap
sebagai sesuatu yang penting untuk bisa segera dilakukan, karena ini
adalah sebuah upaya yang murah dan ramah terhadap lingkungan namun
sangat bermanfaat sehingga akan mampu mengatasi berbagai masalah yang
berkaitan dengan air di negeri ini.
Dibawah merupakan contoh metode memanen air hujan :
1. Kolam pengumpul air hujan
Yaitu
kolam atau wadah yang dipergunakan untuk menampung air hujan yang jatuh
diatap rumah/talang. Meskipun metode ini sederhana namun sangat
menguntungkan, minimal selama musim hujan kebutuhan dasar akan air
bersihdapat terpenuhi karena adanya bak penampung. Diberbagai negara,
misal Jepang telah dikembangkan membuat kolam tandon di jalan raya
(highway). Air hujan yang telah dipanen dimanfaatkan untuk memelihara
jalan, menyiram tanaman peneduh disepanjang jalan, juga untuk kebutuhan
air bersih dengan penjernihan yang memadai. Sudah saatnya metode ini
dikembangkan di Indonesia karena potensinya cukup besar.
2. Sumur Resapan
Sumur
resapan ini dibangun dimaksudkan untuk meningkatkan resapan air hujan
ke dalam tanah pada areal terbuka, lapangan olahraga, tempat parkir,
pekarangan dll. Desain sumur resapan ini dibuat agar sedimen dari areal
sekitar tidak terbawa masuk kedalam sumur resapan karena dapat
menurunkan efektivitas resapan dan meningkatkan biaya pemeliharaannya.
Pada sumur resapan dibuat konstruksi bak kontrol sedimen untuk
mengendapkan sedimen sebelum air hujan masuk ke dalam sumur.
Sumur
resapan juga dapat didesain sebagai drainase jalan raya. Air hujan yang
yang jatuh di jalan raya dapat dialirkan ke dalam sumur resapan yang
dibuat pada jarak tertentu sepanjang jalan tepi jalan raya.
3. Parit resapan
Parit resapan dibuat pada areal pertanian atau pekarangan. Air dimanfaatkan pada akhir musim hujan.
Parit resapan di lahan pertanian
Dibuat
sesuai dengan kontur lahan, terutama untuk daerah-daerah yang relatif
datar. Parit resapan ini sekaligus difungsikan untuk budidaya ikan
sebagai konsumsi protein hewani bagi keluarga petani agar anak-anak
petani menjadi cerdas.
Parit resapan pada pekarangan rumah
Biasa
disebut kolam. Pada umumnya dibuat dibuat di samping atau dibelakang
rumah disesuaikan dengan kondisi yang ada. Disekeliling kolam dapat
ditanami tanaman produktif, misal mangga, pepaya dll. Perlu dibuat pagar
pembatas untuk menjaga keamanan anak-anak yang bermain disekitar kolam.
4.Area resapan air hujan
Pembuatan
area resapan air hujan merupakan suatu koreksi terhadap perkembangan
akhir-akhir ini dengan adanya permukaaan tanah pekarangan baik dikota
maupun didesa dilapisi dengan concrete paving blocks yang dipasang rapat
atau dengan plesteran dari semen sehingga berdampak adanya penurunan
koefisien resapan air hujan ke dalam tanah. Cara yang dilakukan yaitu
dengan menutup permukaan tanah pada areal parkir dan areal pejalan kaki
dll dengan rumput dara. Ini disebut porous paving block atau grass
block.
5. Tanggul pekarangan
Pembuatan
tanggul penahan erosi di pekarangan dengan menggunakan susunan batu
kosong, batu bata, genteng bekas dan tanaman yang mengelilingi
pekarangan. Konstruksi ini juga suatu pola memanen air hujan karena
limpahan air hujan akan tertahan dan meresap di areal pekarangan dan
tidak langsung mengalir kesungai sehingga dapat menambah cadangan air
disumur sekitarnya.
6. Lubang galian tanah
Adalah lubang pada tanah pekarangan dengan ukuran sekitar 1m
x 2m x 1,5 m. Selain dipakai untuk resapan air hujan, lubang ini
berfungsi untuk menanam pohon penghijauan atau tempat membuang sampah
organik, sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah pekarangan.
7. Modifikasi Lansekap.
Sebagai
salah satu cara pengganti jaringan drainase suatu kawasan yaitu dengan
membuat cekungan-cekungan diberbagai tempat, sehingga air hujan dapat
tertampung dilokasi tersebut. Masyarakat di pedesaan momodifikasi
lansekap dengan cara membuat pari-parit kecil dan cekungan-cekungan
dangkal di pekarangan rumahnya untuk perikanan atau pengawetan bambu/
kayu sekaligus untuk ornamen kebun pekarangan.
8. Penetapan Daerah konservasi air tanah.
Yaitu
suatu tempat atau daerah yang terpilih khusus diperuntukkan sebagai
daerah untuk memanen air hujan. Dipilih daerah yang mempunyai resapan
tinggi dan bebas dari kontaminasi polutan.
9. Kolam Konservasi air hujan (Kolam tampungan).
Cara
yang dilakukan pada metode ini yaitu memanfaatkan limpahan air hujan di
suatu kawasan ditampung dikolam atau danau buatan dikawasan pemukiman
untuk diolah kembali menjadi air minum, bahkan bisa untuk kebutuhan
irigasi. Pada kawasan pemukiman maupun kawasan industri kolam konservasi
air tanah ini digunakan untuk kehidupan sehari-hari jika diwilayah
tersebut mengalami kekeringan.
10. Revitalisasi danau, Telaga dan situ.
Memanen air hujan juga bisa dilakukan dengan konsep eko-hidroulika.
Yaitu
suatu upaya untuk memperbaiki dan menyehatkan seluruh komponen ekologi (
floura dan fauna ) dan hidroulik – hidrologi (sistem perairan) penyusun
danau, telaga dan situ tersebut berfungsi untuk menampung air untuk
keperluan sehari-hari, meresapkan air hujan untuk pengisian air tanah
dan memungkinkan untuk dapat dikembangkan menjadi wilayah ekosistem
danau, telaga dan situ yang hidup dan lestari.
11 Hutan dan Tanaman sebagai pemanen air hujan
Pohon
besar yang ada dihutan maupun tanaman mampu mendaur ulang air hujan.
Mekanisme daur ulang air hujan ini dimulai dengan evapotranspirasi,
yaitu pembentukan awan diwilayah hutan dan awan tersebut jatuh kembali
berupa hujan. Demikian seterusnya. Daur ulang ini adalah mekanisme
fungsi hutan dalam memanen air hujan. Dengan 50 %-75 % air hujan
tersirkulasi diwilayah hutan, maka frekuensi hujan diwilayah tersebut
relatif tinggi, teratur dan musim hujannya relatif panjang. Hujan dengan
frekuensi tinggi tidak akan menyebabkan banjir karena 50%-75% menguap
dan hanya 25%-50% mengalir kehilir. Kekeringan juga tidak akan terjadi
karena pasokan air ke hilir tersebut didapatkan secara berkelanjutan
dengan musim hujan yang lebih lama. Memanen air hujan juga dapat
dilakukan dengan penghijauan (menanam tanaman) baik diwilayah pedesaan
maupun perkotaan . Banyaknya tanaman yang tumbuh subur maka volume air
hujan dapat ditampung oleh dedaunan tumbuhan tersebut. Akar pada
tumbuhan dapat meningkatkan intensitas peresapan air kedalam tanah dan
mempertahankan air pada area perakaran pada musim kemarau berikutnya.
manfaatkan kesempatan sebesar mungkin untuk keadaan kedepan
dan sudah termodivikasi sedikit oleh saya
Perlu Pembiayaan atau Modal Usaha? bunga 0,75% proses cepat melayani seluruh wilayah Indonesia.Persyaratan mudah & Aman JAMINAN BPKB MOBIL PENCAIRAN 85% Hubungi Call SMS WA 085350000052 Hitung simulasi & pencairan format SMS Nama/Merk type unit/tahun/daerah Contoh ADITYA/TOYOTA AVANZA G 1.3 AT 2014/BOGOR.GRATIS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar