Kamis, 18 Januari 2018

Memanen dan Memanfaatkan Air Hujan untuk di kemudian hari

Memanen dan Memanfaatkan Air Hujan

Sudah nampak berbagai tanda-tanda adanya krisis air diberbagai negara didunia saat ini. Konsep memanen air hujan (rain water harvesting) dapat dilakukan untuk mengatasi adanya krisis air ini. Istilah memanen air hujan sebenarnya berasal dari bidang pertanian yang berupaya untuk memenuhi kebutuhan air untuk pertanian.
Saat ini, upaya memanen air hujan menjadi bagian penting dalam agenda “global environmental water resources management“ dalam penanggulangan ketimpangan air pada musim hujan dan kemarau, kekurangan pasokan air bersih penduduk dunia, serta penanggulangan banjir dan kekeringan.
Dinegara maju saat ini ada kecenderungan ‘trend’ membuat kolam tandon skala rumah tangga. Tandon skala rumah tangga ini digunakan untuk keperluan mengepel, mencuci mobil, menyiram tanaman, air untuk toilet. Ada juga yang dilengkapi alat pengolah air minum, sehingga seluruh air hujan bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan air minum.
Sebagai contoh penerapan memanen air hujan yaitu kebutuhan air dibandara Frankfurt Jerman. Kebutuhan air bandara di pasok melalui air hujan yang dikumpulkan dari atap bandara tersebut. Ada beberapa metode memanen air hujan yang dapat dikembangkan di Indonesia sebagai negara tropis, baik memanen air hujan yang langsung bisa dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan air bersih rumah tangga maupun memenen air hujan untuk mengisi air tanah.

manen air hujan yaitu suatu upaya mengelola (mengumpulkan dan penyimpanan) air hujan untuk memenuhi kebutuhan air bersih periode masa sekarang dan masa mendatang, untuk kebutuhan rumah tangga, pertanian serta pengisian air tanah . Air tanah harus diisi dengan proses pengisian alami, namun seiring dengan penggunaan yang berlebihan, saat ini tinggi air tanah terlihat menurun lebih dari 4 meter di sejumlah negara dikarenakan adanya peningkatan yang tetap dalam penggunaan air tanah untuk irigasi. Masalah ini menjadi semakin parah ketika kita lihat adanya peningkatan populasi penduduk dan urbanisasi, diprediksi bahwa sumber air tanah akan digunakan semua pada 2025. Saat ini dapat dilihat disekitar kita sumur-sumur mengering dimusim kemarau, kualitas air tanah menurun, air laut mulai menyusup ke dalam wilayah pantai, seiring dengan turunnya air tanah. Dari catatan data curah hujan didapatkan pola hujan diberbagai wilayah nusantara ini terus berganti pada hujan yang berjangka waktu pendek dan berintensitas tinggi sehingga menimbulkan banjir dimana-mana.
Pada pengembangannya, metode memanen air hujan juga bisa diperuntukkan mengatasi banjir, mengatasi kekeringan, memperbaiki lingkungan, memperbaiki produksi pertanian, memperbaiki kualitas dan kuantitas air tanah. Oleh karena itu sebuah upaya memanen air hujan harus dianggap sebagai sesuatu yang penting untuk bisa segera dilakukan, karena ini adalah sebuah upaya yang murah dan ramah terhadap lingkungan namun sangat bermanfaat sehingga akan mampu mengatasi berbagai masalah yang berkaitan dengan air di negeri ini.



Dibawah merupakan contoh metode memanen air hujan :


1. Kolam pengumpul air hujan


Yaitu kolam atau wadah yang dipergunakan untuk menampung air hujan yang jatuh diatap rumah/talang. Meskipun metode ini sederhana namun sangat menguntungkan, minimal selama musim hujan kebutuhan dasar akan air bersihdapat terpenuhi karena adanya bak penampung. Diberbagai negara, misal Jepang telah dikembangkan membuat kolam tandon di jalan raya (highway). Air hujan yang telah dipanen dimanfaatkan untuk memelihara jalan, menyiram tanaman peneduh disepanjang jalan, juga untuk kebutuhan air bersih dengan penjernihan yang memadai. Sudah saatnya metode ini dikembangkan di Indonesia karena potensinya cukup besar.

2. Sumur Resapan


Sumur resapan ini dibangun dimaksudkan untuk meningkatkan resapan air hujan ke dalam tanah pada areal terbuka, lapangan olahraga, tempat parkir, pekarangan dll. Desain sumur resapan ini dibuat agar sedimen dari areal sekitar tidak terbawa masuk kedalam sumur resapan karena dapat menurunkan efektivitas resapan dan meningkatkan biaya pemeliharaannya. Pada sumur resapan dibuat konstruksi bak kontrol sedimen untuk mengendapkan sedimen sebelum air hujan masuk ke dalam sumur.
Sumur resapan juga dapat didesain sebagai drainase jalan raya. Air hujan yang yang jatuh di jalan raya dapat dialirkan ke dalam sumur resapan yang dibuat pada jarak tertentu sepanjang jalan tepi jalan raya.


3. Parit resapan


Parit resapan dibuat pada areal pertanian atau pekarangan. Air dimanfaatkan pada akhir musim hujan.
Parit resapan di lahan pertanian
Dibuat sesuai dengan kontur lahan, terutama untuk daerah-daerah yang relatif datar. Parit resapan ini sekaligus difungsikan untuk budidaya ikan sebagai konsumsi protein hewani bagi keluarga petani agar anak-anak petani menjadi cerdas.
Parit resapan pada pekarangan rumah
Biasa disebut kolam. Pada umumnya dibuat dibuat di samping atau dibelakang rumah disesuaikan dengan kondisi yang ada. Disekeliling kolam dapat ditanami tanaman produktif, misal mangga, pepaya dll. Perlu dibuat pagar pembatas untuk menjaga keamanan anak-anak yang bermain disekitar kolam.

4.Area resapan air hujan


Pembuatan area resapan air hujan merupakan suatu koreksi terhadap perkembangan akhir-akhir ini dengan adanya permukaaan tanah pekarangan baik dikota maupun didesa dilapisi dengan concrete paving blocks yang dipasang rapat atau dengan plesteran dari semen sehingga berdampak adanya penurunan koefisien resapan air hujan ke dalam tanah. Cara yang dilakukan yaitu dengan menutup permukaan tanah pada areal parkir dan areal pejalan kaki dll dengan rumput dara. Ini disebut porous paving block atau grass block.


5. Tanggul pekarangan


Pembuatan tanggul penahan erosi di pekarangan dengan menggunakan susunan batu kosong, batu bata, genteng bekas dan tanaman yang mengelilingi pekarangan. Konstruksi ini juga suatu pola memanen air hujan karena limpahan air hujan akan tertahan dan meresap di areal pekarangan dan tidak langsung mengalir kesungai sehingga dapat menambah cadangan air disumur sekitarnya.

6. Lubang galian tanah

Adalah lubang pada tanah pekarangan dengan ukuran sekitar 1m x 2m x 1,5 m. Selain dipakai untuk resapan air hujan, lubang ini berfungsi untuk menanam pohon penghijauan atau tempat membuang sampah organik, sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah pekarangan.

7. Modifikasi Lansekap.


Sebagai salah satu cara pengganti jaringan drainase suatu kawasan yaitu dengan membuat cekungan-cekungan diberbagai tempat, sehingga air hujan dapat tertampung dilokasi tersebut. Masyarakat di pedesaan momodifikasi lansekap dengan cara membuat pari-parit kecil dan cekungan-cekungan dangkal di pekarangan rumahnya untuk perikanan atau pengawetan bambu/ kayu sekaligus untuk ornamen kebun pekarangan.

8. Penetapan Daerah konservasi air tanah.

Yaitu suatu tempat atau daerah yang terpilih khusus diperuntukkan sebagai daerah untuk memanen air hujan. Dipilih daerah yang mempunyai resapan tinggi dan bebas dari kontaminasi polutan.

9. Kolam Konservasi air hujan (Kolam tampungan).


Cara yang dilakukan pada metode ini yaitu memanfaatkan limpahan air hujan di suatu kawasan ditampung dikolam atau danau buatan dikawasan pemukiman untuk diolah kembali menjadi air minum, bahkan bisa untuk kebutuhan irigasi. Pada kawasan pemukiman maupun kawasan industri kolam konservasi air tanah ini digunakan untuk kehidupan sehari-hari jika diwilayah tersebut mengalami kekeringan.

10. Revitalisasi danau, Telaga dan situ.


Memanen air hujan juga bisa dilakukan dengan konsep eko-hidroulika.
Yaitu suatu upaya untuk memperbaiki dan menyehatkan seluruh komponen ekologi ( floura dan fauna ) dan hidroulik – hidrologi (sistem perairan) penyusun danau, telaga dan situ tersebut berfungsi untuk menampung air untuk keperluan sehari-hari, meresapkan air hujan untuk pengisian air tanah dan memungkinkan untuk dapat dikembangkan menjadi wilayah ekosistem danau, telaga dan situ yang hidup dan lestari.

11 Hutan dan Tanaman sebagai pemanen air hujan


Pohon besar yang ada dihutan maupun tanaman mampu mendaur ulang air hujan. Mekanisme daur ulang air hujan ini dimulai dengan evapotranspirasi, yaitu pembentukan awan diwilayah hutan dan awan tersebut jatuh kembali berupa hujan. Demikian seterusnya. Daur ulang ini adalah mekanisme fungsi hutan dalam memanen air hujan. Dengan 50 %-75 % air hujan tersirkulasi diwilayah hutan, maka frekuensi hujan diwilayah tersebut relatif tinggi, teratur dan musim hujannya relatif panjang. Hujan dengan frekuensi tinggi tidak akan menyebabkan banjir karena 50%-75% menguap dan hanya 25%-50% mengalir kehilir. Kekeringan juga tidak akan terjadi karena pasokan air ke hilir tersebut didapatkan secara berkelanjutan dengan musim hujan yang lebih lama. Memanen air hujan juga dapat dilakukan dengan penghijauan (menanam tanaman) baik diwilayah pedesaan maupun perkotaan . Banyaknya tanaman yang tumbuh subur maka volume air hujan dapat ditampung oleh dedaunan tumbuhan tersebut. Akar pada tumbuhan dapat meningkatkan intensitas peresapan air kedalam tanah dan mempertahankan air pada area perakaran pada musim kemarau berikutnya.
manfaatkan kesempatan sebesar mungkin untuk keadaan kedepan


dan sudah termodivikasi sedikit oleh saya



Perlu Pembiayaan atau Modal Usaha? bunga 0,75% proses cepat melayani seluruh wilayah Indonesia.Persyaratan mudah & Aman JAMINAN BPKB MOBIL PENCAIRAN 85% Hubungi Call SMS WA 085350000052 Hitung simulasi & pencairan format SMS Nama/Merk type unit/tahun/daerah  Contoh ADITYA/TOYOTA AVANZA G 1.3 AT 2014/BOGOR.GRATIS 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar